Oleh :
Yulia
Setianingsih S.Pd.AUD
(Guru TK
PGRI Gelatik Jatinangor)
Sesungguhnya Allah SWT
telah memberikan anugerah yang sangat istimewa kepada setiap manusia yaitu
kecerdasan. Makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas, sedangkan manusia
tidak. Melalui kecerdasan yang dimilikinya, manusia mampu memahami segala
fenomena kehidupan secara mendalam. Melalui kecerdasan pula manusia mampu
mengetahui suatu kejadian kemudian mengambil hikmah dan pelajaran darinya.
Manusia menjadi lebih beradab dan menjadi bijak karena memiliki kecerdasan itu.
Oleh karena itu, kecerdasan sangat diperlukan oleh manusia guna dijadikan
sebagai alat bantu di dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Sementara
menurut psikolog Roslina Verauli, “ kecerdasan adalah kapasitas yang dimiliki
individu sehingga memungkinkan ia untuk belajar, bernalar, dan memecahkan
masalah serta melakukan tugas-tugas kognitif tingkat tinggi lainnya.
Kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk menggabungkan informasi yang didapat dari kemampuan
menyesuaikan diri dengan situasi secara tepat dan efektif. Kecerdasan erat
hubungannya dengan kemampuan berpikir. Anak yang cerdas adalah anak yang
tanggap, cepat paham, mampu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Intelegensi atau kecerdasan
merupakan salah satu fase dari hasil perkembangan otak.
Namun seringkali kita
salah memaknai arti kecerdasan itu. Di lingkungan kita sudah lazim dikenal
bahwa anak yang pintar adalah anak yang nilai raport atau ulangannya bagus atau
hal-hal yang ukurannya sifatnya masih belum menjadi representasi menyeluruh
dari kecerdasan anak. Padahal seorang anak bisa jadi unggul di bidang tertentu
tetapi lemah di bidang lain, ini artinya bahwa setiap anak memiliki tipe
kecerdasan yang berbeda-beda.
Gardner telah menetapkan
sembilan kecerdasan (kecerdasan jamak); yakni ; kecerdasan verbal atau
linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual atau spasial, kecerdasan gerak kinestetik, kecerdasan
musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis dan kecerdasan eksistensial.
Pada dasarnya bahwa 9 kecerdasan tersebut ada pada diri
setiap orang tetapi dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap individu memiliki cara unik untuk menyerap dan mengaktualisasikan informasi
dan pengetahuan. Guru, pendidik dan orang tua seharusnya mampu mengenali
kecerdasan anak sesuai tipe-nya sehingga dapat memberikan stimulasi dan arahan
yang tepat agar anak dapat mengembangkan diri sesuai kecerdasan yang
dimilikinya.
Apa Kecerdasan Logika Matematika ?
Salah satu dari sembilan
kecerdasan jamak yang dikembangkan oleh Howard Gardner adalah kecerdasan
logika-matematika. Menurut Musfiroh menjelaskan bahwa kecerdasan logika
matematika merupakan kemampuan mencerna, memecahkan masalah, memikirkan dan
menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal), suku
angka, urutan, logika dan keteraturan.
Pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan logika matematika adalah
kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis,
menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki
sesuatu secara ilmiah
Ciri anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus
dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga
meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner
ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada
kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta
kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan
linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk
bahasa.
Masih menurut Gardner, ciri anak cerdas logika-
matematika pada usia balita adalah anak
gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap
sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta
melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika menuangkan air ke dalam botol tanpa
tumpah , atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya
tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan
yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda
berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.
Ciri-ciri anak
dengan kecerdasan logika-matematika di antaranya :
1. Biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam
bidang matematika dan system-sistem logika lain yang rumit.
2. Mereka menggunakan penalaran dan logika serta
angka-angka dengan baik.
3. Mereka berfikir secara konseptual dalam
kerangka pola pola angka dan mampu membuat hubungan hubungan antara
berbagai ragam informasi yang didapat.
4. Mereka selalu ada rasa ingin tahu
tentang dunia disekeliling mereka dan selalu menanyakan banyak hal
serta mau mengerjakan eksperimentasi.
5. Selalu mempermasalahkan dan menanyakan
kejadian-kejadian yang ada, sehingga tak jarang mereka agak tak disukai atau
membosankan karena terlalu banyak bertanya.
Cara Melatih Kecerdasan Logika Matematika pada Anak Usia 5-6
Tahun
Melatih kecerdasan logika matematika
pada anak usia dini pada dasarnya adalah bagaimana cara guru mengenalkan konsep
angka, konsep pola dan hubungan, konsep
hubungan geometri dan ruang, konsep pengukuran, serta konsep
pengumpulan dan pengaturan. Tentunya
dalam melatih kecerdasan logika matematika ini guru harus tetap
memperhatikan prinsip pembelajaran pada usia dini yaitu melalui teknik
pengulangan dan berkesinambungan .
Berikut ini akan dibahas beberapa
cara melatih kecerdasan logika
matematika untuk anak 5-6 tahun :
1) Melatih
Mengembangkan Konsep Angka
Pengembangan
konsep angka dapat dilakukan melalui 3 tahap:
- Menghitung. Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Orangtua dapat mengembangkan kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, atau permainan yang menggunakan angka.
- Hubungan satu-satu. Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya satu angka dengan benda yang berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.
- Menjumlah, membandingkan dan simbol angka. Ketika guru meminta anak mengambilkan 3 buah bola, dan anak membawa 3 buah bola, maka anak tersebut mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu bahwa kalau menghitung 3 bola dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka jumlahnya akan sama. Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam
mengembangkan konsep angka, yaitu:
- Meminta anak menghitung jumlah cangkir yang diperlukan untuk mengisi botol sampai penuh dengan pasir.
- Meminta anak menghitung jumlah balok yang diperlukan untuk membuat bangunan yang dibuat anak.
2) Melatih
Mengembangkan Konsep Pola dan Hubungan
Tujuan mengenalkan pola dan hubungan adalah mengenalkan dan
menganalisa pola-pola sederhana, menjiplak, membuat, dan membuat perkiraan tentang
kemungkinan dari kelanjutan pola.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru untuk
mengembangkan pola dan hubungan pada anak:
- Mengajak anak bermain menyusun antrian mobil-mobilan membentuk pola barisan merah, hitam, merah, hitam, merah, hitam .
- Mengajak anak bermain membuat rantai gelang dari kertas warna putih, biru, hijau, putih, biru, hijau.
3) Melatih
Mengembangkan Konsep Hubungan Geometri dan Ruang
Anak belajar mengenal bentuk-bentuk dan penataan di
lingkungan sekitar. Saat anak bermain dengan balok, cat lukis, menggambar,
menggunting bentuk-bentuk geometri, mengembalikan balok ke rak, sebenarnya anak
sedang belajar tentang bangun datar dan bangun ruang serta kegunaannya.
Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana (segitiga, lingkaran,
segi empat). Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri.
Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun
dengan bentuk-bentuk geometri.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru untuk
mengembangkan konsep hubungan geometri dan ruang pada anak:
- Mengajak anak bermain meniup busa sabun menggunakan sedotan plastik yang ditekukan pada bagian ujungnya sehingga membentuk lingkaran lalu diikatkan ke batang sedotan. Ajak anak mengamati bahwa bentuk gelembung-gelembung sabun yang ditiup anak seperti bentuk lingkaran.
- Sediakan kardus-kardus bekas (obat, susu), botol-botol plastik, sedotan plastik, kertas warna, dll. Ajak anak untuk membangun sebuah halaman impian untuk tempat bermainnya menggunakan barang-barang bekas tersebut.
4) Melatih
Mengembangkan Konsep Pengukuran
Anak belajar pengukuran dari berbagai kesempatan melalui
kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat,
tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan
lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan
standar, seperti pita, sepatu, dan lain sebagainya. Pada tahap lebih tinggi
lagi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru untuk
mengembangkan konsep pengukuran pada anak:
- Mengajak anak mengukur panjang dan lebar rak mainan menggunakan balok unit.
- Mengajak anak menghitung jumlah cangkir berisi pasir yang diperlukan untuk mengisi penuh sebuah ember kecil.
- Mengajak anak mengukur karpet menggunakan pita.
5) Melatih
Mengembangkan Konsep Pengumpulan dan Pengaturan
Pada awalnya anak mulai memilih benda tanpa tujuan. Selanjutnya
anak memilih mainan dengan tujuan, misalnya berdasarkan warna, ukuran , atau
bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan
lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.
Contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan
konsep pengumpulan dan pengaturan adalah sebagai berikut :
Mengajak anak jalan-jalan ke kebun, suruh anak mengumpulkan
bermacam-macam daunan-daunan. Kemudian ajak anak mengelompokan bentuk
daun-daunan tersebut berdasarkan
jenisnya. Setelah itu, buatlah daftar tentang jumlah daun untuk setiap
bentuknya dengan cara menyusun daun-daun yang sama menjadi barisan tegak lurus
ke atas. Ajak anak mencatat jumlah setiap kelompok daun.
Melatih kecerdasan logika matematika juga dapat dilakukan
melalui bermain sains. Kegiatan bermain sains sangat penting diberikan untuk
anak usia dini karena multi manfaat, yakni dapat mengembangkan kemampuan:
- Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam
- Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.
- Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan.
- Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Referensi :
http://bukubalitacerdas.blogspot.com
/2011/04 / mengintip- kecerdasan-anak-sejak-dini.htm
http://www.kaskus.us/
showthread.php?t=12010805
http://baguserek.blogspot.com/2011/02/
mengembangkan-kecerdasan-logika-pada.html
Sangat bermanfaat gan, Silahkan juga kunjungi
BalasHapus1. Pengertian Kecerdasan Logis-Matematis
2. Definisi Model Dan Pendekatan Pembelajaran Menurut Para Ahli/Pakar
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray)
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
5. 5 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Menurut Para Ahli / Pakar
6. Definisi, Ciri Dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
7. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)
8. Kumpulan materi pelajar tingkt SD, SMP, SMA, tugas sekolah www.materipelajar.com
izin copy.. trima kasih..
BalasHapus