Anak
usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu mendapatkan perhatian
serius. Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang dikaruniakan Tuhan.
Potensi
tersebut perlu dirangsang dan difasilitasi agar dapat berkembang dengan
optimal. Banyak ahli menyatakan bahwa masa anak usia dini
merupakan masa peka dan amat penting bagi perkembangan anak. Stimulasi terhadap anak yang dilakukan
oleh orangtua maupun orang lain disekitar lingkungan anak akan membekas kuat
dan tahan lama. Kesalahan sedikit dalam memberikan stimulasi akan berdampak
negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki. Roseau (Slamet Suyanto, 2003:
2-3) menggambarkan bahwa: masa peka tersebut ibarat saat yang tepat bagi
seorang tukang besi untuk menempa besi yang dipanaskan. Para penempa pasti tahu
benar kapan besi harus ditempa. Terlalu awal ditempa, besi sulit dibentuk dan
dicetak, sebaliknya apabila terlambat ditempa maka besi akan hancur. Jadi saat
yang paling baik bagi seorang anak untuk memperoleh pendidikan yang tepat adalah saat usia dini.
Senada
dengan hal tersebut, Santrock & Yussen (Solehuddin, 1997: 2) memandang usia
prasekolah atau balita sebagai fase yang sangat fundamental bagi perkembangan
individu. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa masa usia balita sebagai masa
terbentuknya kepribadian dasar individu dan pada masa ini penuh dengan
kejadian-kejadian penting dan unik (a higly eventful and unique period of life)
peletakkan dasar kehidupan seseorang dimasa dewasa untuk menemukan makna hidup.
Pada masa usia dini, anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental sangat pesat. Sel-sel tubuh anak tumbuh dan
berkembang dengan cepat. Pada tahap awal perkembangan janin sampai anak lahir,
terjadi perkembangan sel-sel otak luar biasa. Kemudian setelah lahir terjadi
proses mielinasi dari sel-sel syaraf dan pembentukan hubungan antar sel syaraf.
Makanan bergizi dan seimbang serta stimulasi terhadap anak sangat diperlukan
untuk mendukung perkembangan otak anak. Oleh karena itu pada masa usia dini ini
(0-6 tahun) sering disebut dengan masa emas atau golden age.
Stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada tahap ini hendaknya dapat dilakukan pada aspek-aspek
perkembangan anak, baik
perkembangan kognitif, perkembangan fisik atau motorik, perkembangan
sosial-emosional anak, perkembangan kemampuan berbahasa dan perkembangan
lainnya.
Hurlock
(1978: 26) menjelaskan bahwa pada anak usia prasekolah 2-5 tahun adalah masa
penting dari keseluruhan tahap perkembangan. Pada tahap ini terjadi proses
peletakan dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak. Dengan perkembangan sel-sel syaraf anak yang pesat
dan stimulasi yang tepat akan menyebabkan berfungsinya mental anak untuk
memahami dan mengerti kondisi lingkungannya.
Hal
inilah menyebabkan anak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosial di sekelilingnya. Keluarga
sebagai lingkungan pertama bagi anak memegang peran penting dalam meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini,disamping peran lembaga
pendidikan (Taman Kanak-kanak, Kelompok bermain, Taman Penitipan Anak) dan
lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan, karena hampir 80% waktu dalam
kehidupan sehari-hari anak digunakan untuk bermain, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan orang-orang dilingkungan keluarga.
Selain
itu juga, perlu disadari bahwa layanan lembaga PAUD belum dapat menggantikan
peran keluarga dalam pendidikan anak, tetapi hanyalah berfungsi memperkuat
layanan kebutuhan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan jika keluarga mampu mendidik dan menstimulasi
tumbuh kembang anak secara mandiri melalui kegiatan sehari-hari di rumah maupun
lingkungan kesehariannya, maka mengikutsertakan anak dalam satuan PAUD bukanlah
suatu keharusan.
Tetapi
harus diakui pula bahwa realitas di masyarakat hanya sedikit keluarga mampu
melakukan itu, untuk itulah masih tetap dibutuhkan keberadaan satuan-satuan
PAUD formal maupun non formal sampai waktunya semua keluarga memiliki kemampuan
tersebut, meski hal tersebut sangat tidak mungkin juga.
Peran
orangtua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini memang memiliki peran
penting dalam meningkatkan perkembangan potensi anak. Akan tetapi, hal ini
belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut, antara lain: rendahnya
pengetahuan orang tua tentang pendidikan bagi anak usia dini, kurangnya
kemampuan orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak dengan berbagai
strategi pengembangan potensi anak, masih
adanya sebagian masyarakat hanya menggandalkan pengetahuan yang bersifat
turun-temurun guna menstimulasi perkembangan anak, minimnya partisipasi atau
dukungan orang lain dalam keluarga dalam stimulasi perkembangan anak karena
alasan kesibukan pekerjaan dan aktivitas lain di luar rumah dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas orang
tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini merupakan progam strategis
guna membantu keluarga-keluarga di masyarakat agar mampu mendampingi anak usia
sesuai dengan karakteristik dan perkembangannya.
Fase-fase
Perkembangan Anak Usia Dini:
Menurut
para ahli, pada usia dini terjadi beberapa periode perkembangan. Pada setiap
tahap perkembangan, seorang anak secara umum akan memperlihatkan ciri-ciri
khusus atau karakteristik tertentu yang hampir sama. Salah
satu tahap tersebut adalah tahap 0-6 tahun atau periode sekolah-ibu. Periode
0-6 tahun disebut periode sekolah ibu, karena hampir semua usaha bimbingan,
perawatan, pemeliharaan, dan pendidikan anak berlangsung di dalam keluarga yang
dilakukan oleh ibu.
Berikut
akan diuraikan tentang fase-fase perkembangan anak usia dini.
a.
Anak usia 0-2 tahun
Secara
umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami perubahan yang pesat
bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak
sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa: keterampilan
lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan
memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan
sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial terhadap
orang-orang sekelilingnya.
Segala
bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal) dari orang lain akan mendorong anak
untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi perasaan
meskipun anak belum mampu memahami kata-kata. Menurut Monks (1992:74-75)
menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat penting untuk perkembangan
bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat
bertambah dengan pemberian reinforsement verbal. Stimulasi verbal yang
terusmenerus juga akan memudahkan anak untuk belajar melafalkan suara-suara dan
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah
perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun
atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini
atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat
pesat. gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan suasana emosinya, seperti marah,
cemas, tidak setuju dan lain-lain.
b.
Anak usia 2-3 tahun
Pada
fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak juga
mulai senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya.
Solehuddin
(1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya sangat aktif
mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang
tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar
tentang jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan senang
mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak dalam
aktivitas bermain maupun komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak menguasi
beberapa patah kata juga mulai berkembang. Anak mulai senang dengan perckapan
walaupun dalam bentuk dan kalimat yang sederhana. Selain itu juga, sikap
egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan
yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan
sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan
orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika
anak menginginkannya.
c.
Anak usia 3-4 tahun
Secara
umum, anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik,
sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan
motorik, anak sudah menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan, seperti
memegang benda atau boneka. Akan tetapi sifat egosentriknya masih melekat.
Tingkat frustasi anak juga cenderung menurun. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya
secara lebih aktif atau sudah ada sifat kemandirian anak. Pada usia ini anak
memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian.
Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan
kesiapannya untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama, bahkan anak juga
sudah dapat mengingatnya. Selanjutnya dengan sifat kemandirian yang dimilikinya
mulai membuat anak tidak mau banyak diatur dalam kegiatan-kegiatannya. Pada
aspek kognitif, anak juga sudah mulai mengenal konsep jumlah, warna, ukuran dan
lain-lain.
d.
Anak usia 4-6 tahun
Ciri
yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang
(adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang apa yang sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang
bepergian sendiri untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya
sendiri. Pada perkembangan motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai
aktivitas. Sejalan dengan perkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat
terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan
bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktivitas
yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah anak sudah mampu
memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang disebabkan semakin
meningkatnya keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan
tahap perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan
masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini
terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada
jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat pesat.
Referensi : http://warkopmbahlalar.com
0 komentar:
Posting Komentar