Orang tua adalah busur, sedangkan anak
adalah anak panahnya,” demikian diungkapkan filsuf sekaligus penyair Kahlil
Gibran. Ungkapan itu menjelaskan betapa vitalnya posisi orang tua dalam
pengasuhan anak. Orang tualah sang penentu arah, apakah anak panah itu melesat
cepat, kemudian menancap tepat di sasaran atau justru salah arah. Orang tualah
yang mengontrol dan menanamkan nilai-nilai sejak kecil, hingga anak tumbuh
dewasa, apakah dia akan baik dan tergali potensinya atau tidak. Oleh karena itu
sudah seharusnya kalau setiap orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat
untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
A.
Pengertian
Pengasuhan
Pengasuhan
memiliki beberapa definisi atau pengertian, kerap didefinisikan sebagai cara
mengasuh anak mencakup yaitu pengalaman, keahlian, kualitas, dan tanggungjawab
yang dilakukan orang tua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat
tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia
berada atau tinggal.
Agar
anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, diperlukan dua faktor yang saling
berkaitan, yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian
stimulasi. Dengan demikian pengasuhan adalah bentuk interaksi dan pemberian
stimulasi dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Ini berarti anak adalah
sebagai penerima stimulus yang kemudian memberikan respon. Stimulus positiflah
yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya dengan
mensosialisasikan kata-kata positif yang diperdengarkan kepada nak sejak masih
kecil, mengajarkan anak tentang suatu konsep, mensosialisasikan tentang
peraturan dan sebagainya. Interaksi juga dapat diberikan dalam bentuk sentuhan,
gendongan, ciuman, pujian, dan sebagainya yang mencerminkan ekpreksi emosi
pengasuh yang timbal balik antara pengasuh dan anak.
B.
Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Anak
1.
Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola
mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak
diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,
pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh
orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan
mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta
saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan
metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian,
merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang
buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan
lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2. Pola
Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola
pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan
membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau
tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering
diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin
serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan
anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam
ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci
orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu
otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua,
lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3.
Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola
asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan
mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan
dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang
cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik
asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya
diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah
stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan
lain-lain.
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penerapan Pola Asuh
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu:
1.
Tingkat
Sosial Ekonomi
Orang tua yang berasal dari tingkat
sosial ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan orang tua yang
berasal dari sosial ekonomi yang rendah.
2.
Tingkat
Pendidikan
Latar belakang pendidikan orang tua
yang lebih tinggi dalam praktek asuhannya terlihat lebih sering membaca artikel
ataupun mengikuti perkembangan pengetahuan mengenai perkembangan anak. Dalam
mengasuh anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki pemahaman yang lebih
luas, sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan terbatas,
memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan
perkembangan anak sehingga kurang menunjukan pengertian dan cenderung akan
memperlakukan anaknya denga ketat dan otoriter.
3.
Kepribadian.
Kepribadian orang tua dapat
mempengaruhi penggunaan pola asuh. Orang tua yang konservatif cenderung akan
memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.
4.
Jumlah
anak
Orang tua yang memiliki anak hanya
2-3 orang (keluarga kecil) cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana
interaksi antara orang tua dan anak lebih menekankan pada perkembangan
pribadi dan kerja sama antar anggota keluarga lebih dperhatikan. Sedangakan
orang tua yang memiliki anak berjumlah lebih dari lima orang (keluarga besar)
sangat kurang memperoleh kesempatan untuk mengadakan kontrol secara intensif
antara orang tua dan anak, karena orang tua secara otomatis berkurang
perhatiannya pada setiap anak.
D.
Pola
Asuh Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak
Kecerdasan anak hingga besar nanti
dipengaruhi faktor lingkungan dan pola asuh yang diterimanya. Harus bagaimana
agar ia tumbuh cerdas?
- Bebaskan anak mengeksplorasi lingkungan. Lingkungan menjadi sarana luas bagi anak untuk belajar tentang berbagai macam hal. Eksplorasi di alam memicu anak aktif bergerak juga meningkatkan rasa ingin tahu anak terhadap berbagai aspek kehidupan. Dorong anak mengeksplorasi lingkungan yang baru dikenalnya –misalnya sambil menyusuri sungai, ia belajar tentang sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
- Ikuti minat anak. Untuk menggali potensi luar biasa di dalam diri anak, beri dukungan penuh pada bidang-bidang yang disukai anak, kalau perlu ikut berlatih dan menjadi teman berlatih yang menyenangkan untuknya.
- Tuturkan pengetahuan tentang dunia dan isinya. Berikan anak fasilitas dan kesempatan untuk mengenal dunia beserta seluruh aspek kehidupan. Ini membuat anak berpandangan terbuka terhadap berbagai berbagai hal ‘baru’ sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
- Bacakan aneka buku pengetahuan secara rutin dengan suara yang keras dan intonasi yang benar. Selain menumbuhkan minat membaca anak, anak juga akan menyerap pengetahuan dari buku untuk menunjang minatnya. Kebiasaan membaca buku juga menanamkan ikatan batin antara Anda dan si kecil.
- Jadilah model yang baik. Anak akan meniru orang tuanya. Maka, orangtua wajib menjadi role model atau panutan terbaik bagi anak –dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Tunjukkan minat Anda untuk selalu belajar dan menemukan hal-hal baru yang menarik dan kreatif bersama anak. Tunjukkan dan terapkan pola hidup sehat. Tunjukkan pula sikap menghargai serta empati kepada setiap anggota keluarga, orang lain, serta mahkluk hidup lain.
- Seringlah bertanya kepada anak. Ajukan beberapa pertanyaan kepada anak yang akan memancingnya untuk memberi jawaban berupa penjelasan yang juga merangsangnya untuk adu argumentasi. Atau ajak dia berdiskusi. Anda dapat memulainya dengan menanyakan secara rinci seputar hal-hal yang ia minati atau yang sedang dilakukannya. Selanjutnya, kembangkan untuk menggali jawaban dan pendapat anak terhadap berbagai hal.
- Beri kesempatan mengambil keputusan. Membiasakan anak untuk mengambil keputusan akan melatih anak untuk belajar sebab-akibat serta tanggung jawab. Melatih anak untuk mengambil keputusan juga akan memicu anak untuk belajar berpikir analitis dengan merangkaikan hal-hal yang sudah dipelajari dan dipahaminya.
- Tingkatkan kesempatan bersosialisasi. Semua pengalaman emosional yang diperoleh anak akan mempengaruhi pembentukan jalinan antar sel-sel saraf pada otaknya. Anak butuh kesempatan bersosialisasi seluas-luasnya karena akan memperkaya pengalaman emosional anak, serta sarana untuk belajar mengekspresikan perasaannya. Semakin baik kecerdasan emosional anak, semakin baik pula penyampaian rangsang antar sel-sel saraf pada otaknya.
- Cukupi kebutuhan gizinya. Nutrisi untuk otak, terutama DHA, terbukti berperan dalam perkembangan otak anak pada “periode emas”. Berikan konsumsi jenis makanan kelompok brain food, misalnya makanan sumber protein, untuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, berpikir dan kewaspadaan.
- Jaga kesehatan anak. Olahraga atau latihan fisik tidak hanya membuat tubuh anak sehat, tapi juga membuat dia cerdas! Sebab, selain sirkulasi oksigen, gula dan zat gizi menjadi lancar ke seluruh tubuh dan otak, juga akan memicu produksi hormon untuk sel saraf (nerve growth factor). Dengan tubuh sehat, anak memiliki kesempatan luas untuk belajar berbagai hal, serta mengeksplorasi potensi kecerdasan dalam dirinya dengan optimal
E.
Kesimpulan
Semua orang tua mengharapkan
anaknya
kelak
tumbuh menjadi manusia yang cerdas, bahagia, dan memiliki kepribadian yang
baik. Namun, untuk mewujudkan harapan itu, tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan. Orang tua dituntut untuk jeli mengamati perkembangan anak dan tentunya
menerapkan pola asuh yang tepat.
Oleh karena itu setiap orang tua
harus mengetahui pola asuh asuh yang tepat untuk anak-anaknya. Pola asuh orang
tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk
pribadi anak dimasa depan, oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas
diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma
yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar.
Referensi :
http://uqpaud.blogspot.com/2010/05/macam-macam-pola-asuh-orang-tua.html
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin pola asuh, orang tua miliareder Bill Gates ternyata punya cara tersendiri dalam mendidik buah hatinya tersebut, hingga akhirnya dia bisa sukses seperti sekarang ini. Sebagai orang tua, kamu bisa menconteknya loh. Begini cara mengasuhnya: Tips mengasuh anak agar bisa sukses seperti Bill Gates