Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya
menjadi anak yang pandai, cerdas atau
bahkan jenius. Ya, mempunyai anak pandai,
cerdas atau bahkan jenius tentu menjadi
dambaan semua orang tua. Tapi tahukah kita bahwa pandai, cerdas dan jenius itu
sebenarnya adalah satu hal berbeda ? Terkadang kita sering mencampuradukkan
pengertian pandai, cerdas dan jenius itu. Padahal, dari sudut bahasa maupun
psikologi tentu ada semantik khusus yang perlu dipahami secara benar dan utuh.
1.Pandai itu yang bagaimana?
Pandai bisa
terealisasi karena proses belajar atau pengaruh dari belajar.. Meskipun harus diakui tidak semua proses belajar bisa
menghasilkan hasil yang optimal. Banyak faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi. Orang yang tidak banyak kuliah, tetapi belajar sendiri secara otodidak,
juga bisa pandai. Walaupun mungkin belum sempurna. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kepandaian seseorang itu diperoleh dari proses belajar.
2.Cerdas itu yang bagaimana?
Kecerdasan seseorang
berkaitan dengan faktor genetika, gizi dan lingkungan . Artinya, kecerdasan
tidak diperoleh di bangku pendidikan karena sifatnya pribadi atau individual .Namun,
faktor genetika jangan diartikan faktor keturunan walaupun bisa jadi ada gen
yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Namun orang tua yang tidak cerdas,
bisa saja menghasilkan keturunan dengan gen yang baik. Mohon dipahami, orang
yang cerdas belum tentu pandai kecuali kalau dia melalui proses belajar. Albert
Einstein tak akan pandai ilmu matematika, kecuali kalau dia mempelajari dan
menekuni ilmu matematika. Jangan lupa, orang yang cerdas belum tentu kreatif.
3.Jenius itu yang bagaimana?
Jenius berkaitan
dengan IQ seseorang. Cara pikirnya tinggi, kreatif, punya imajinasi yang luar
biasa, cepat memahami masalah, smart dalam menangkap substansi dan esensi suatu
hal. Orang yang IQ tinggi sering membuat artikel, teori, kata, kalimat yang
sulit dipahami orang awam. Tetapi IQ tinggi belum tentu pandai kecuali kalau
melalui proses belajar.
Seorang anak jenius biasanya akan
menunjukkan beberapa ciri sebagai berikut:
1. Mengajukan banyak pertanyaan
Anak jenius secara alami selalu
ingin tahu, jadi jangan kaget jika Anda ditantang dengan pertanyaan
“Bagaimana”, “Apa”, “Di mana”, “Mengapa”, dan “Kapan” setiap hari.
Tapi menanyakan “Sudah sampai
belum?” dan “Memangnya kenapa” berkali-kali tidak mengindikasikan perkembangan
kognitif yang lebih maju.
2. Daya ingat yang bagus
Jangan mengatakan hal yang agak
menyinggung soal mertua di depan anak Anda, yang akan mereka sampaikan ketika
mertua datang berkunjung nanti.
3. Selera humor
Untuk anak-anak atau sebaliknya,
GSOH (Good Sense of Humor/Selera
Humor yang Bagus) sulit diukur. Anda mungkin bisa tertawa terbahak-bahak
menyaksikan pertunjukan teater musikal komedi ditampilkan anak Anda yang
berusia empat tahun, tapi bukan berarti ibu Anda dan teman-temannya merasakan
sentimen yang sama.
4. Bisa membaca di usia dini
Tidak perlu membacakan dongeng
sebelum tidur untuk anak - dialah yang akan membacakan dongeng kepada Anda.
Rencana untuk membawa serta buku Sophie Kinsella saat liburan sepertinya harus
dipertimbangkan kembali. Anda pasti diminta membawa buku yang masuk daftar
panjang Man Booker Prize.
5. Memilih ditemani orang dewasa daripada anak-anak
Dia lebih nyaman berada di antara
orang yang lebih dewasa ketimnbang yang seumurnya.
6. Sadar dengan kejadian di dunia
Apakah Anda tahu bahwa Jean-Claude
dan David Cameron bertekad untuk menjadi presiden entah di mana? Tidak? Namun,
anak jenius Anda tahu. Sebaiknya Anda harus lebih banyak menambah pengetahuan
umum.
7. Memiliki hobi tidak biasa dan pengetahuan mendalam tentang subjek tertentu
Apakah anak Anda bisa memainkan sitar? Suka mengamati pesawat? Bisakah dia memberi tahu Anda mengenai kultur bakteri yang terlibat dalam pembuatan keju? Dia tidak aneh dan bakal dikucilkan dari masyarakat, dia adalah anak jenius!
8. Memiliki kosakata yang luas
Dia tidak akan bilang “James pukul
aku duluan” atau “Pergi sana, aku benci kamu”, tapi “James yang terlebih dahulu
melakukan perkelahian fisik” dan “Pergilah dari sini, karena saya merasakan
antipati terhadap kamu.”
9. Jadi pemimpin secara alami, suka mengatur kegiatan kelompok
Kalau begitu, acara liburan musim
panas keluarga Anda sudah ada yang mengatur.
10. Senang mendongeng atau menggubah lagu
Taylor Swift mulai membuat musik
sejak kecil dan lihatlah bagaimana dia sekarang.
11. Cenderung suka mempertanyakan otoritas
Sifat yang melelahkan untuk
dihadapi. Sebaiknya Anda mulai siap-siap menjawab saat si kecil mulai
mempertanyakan hal ini. Atau ia tak akan berhenti bertanya.
Siap punya anak jenius?
Referensi
:
http://psikologi2009.wordpress.com/2011/03/29/psikologi-beda-pandai-cerdas-dan-jenius/
0 komentar:
Posting Komentar