22 Jun 2013

5 Kesalahan dalam "Toilet Training"



KOMPAS.com - Mengajarkan anak untuk menggunakan toilet dengan tepat memang perlu trik khusus. Orangtua harus mengenali kapan anak benar-benar siap untuk diajari "toilet training". Sikap memaksa dari orangtua bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.



Dr. Steve Hodges, spesialis urologi anak di Wake Forest Baptist Medical Center mengatakan, ada beberapa kesalahan umum yang orangtua lakukan saat melakukan toilet training. Kesalahan itu bukan saja menyebabkan anak merasa tertekan tapi juga bisa mengganggu kesehatannya. Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan orangtua.
1. Terlalu dini
Tidak ada waktu yang pasti kapan anak perlu diajarkan toilet training. Namun terlalu dini melakukan toilet training dapat membahayakan karena anak berusia kurang dari tiga tahun umumnya belum memiliki kemampuan untuk memutuskan kapan perlu pergi ke toilet.
Hodges mengatakan, bagi anak berusia kurang dari tiga tahun, menahan buang air akan mengakibatkan beberapa masalah seperti mengompol dan membentuk kapasitas kandung kemih yang lebih kecil.
Orangtua perlu memperhatikan tanda-tanda kapan si kecil siap untuk menerima toilet training, antara lain ia sudah memiliki kemampuan motorik yang baik, mampu mengerti istilah buang air, mampu mengatakan pada orangtua saat hendak buang air, dan sebagainya.
2. Tidak membiasakan
Tak jarang orangtua hanya melakukan toilet training namun tidak diikuti dengan mengajarkan kebiasaan bertoilet. Hodges menuturkan, seharusnya orangtua dapat menjadwalkan anak untuk buang air, misalnya sekitar setiap dua jam. Agar kegiatan di toilet menjadi lebih menyenangkan bagi anak, lanjutnya, orangtua dapat menyiapkan mainan kecil di toilet sehingga mereka lebih tertarik dan betah di toilet sampai "urusan ke belakang" selesai.
3. Diet kurang serat
Serat bukan hanya diperlukan oleh orang dewasa, tapi juga si kecil. Serat dibutuhkan guna memperlancar proses buang airnya. Proses buang air yang lancar akan mempermudah kegiatan toilet training.
4. Tidak sadar konstipasi
Lebih dari 30 persen anak usia 2 hingga 10 tahun mengalami konstipasi. Namun orangtua seringkali tidak menyadarinya lantaran gejalanya berbeda dengan orang dewasa.
"Pada anak, ada perbedaan definisi konstipasi. Konstipasi yang dimaksud yaitu ketika kotoran anak pada rektum menekan kendung kemih sehingga mengakibatkan masalah mengompol dan masalah lainnya," papar Hodges.
Gejala dari konstipasi pada anak yaitu kurang buang air besar, buang air besar tiba-tiba, buang air besar di celana, dan nyeri ringan di perut dengan sebab yang tidak jelas.
5. Mengabaikan infeksi
Infeksi saluran kemih mungkin saja terjadi pada si kecil, maka sebaiknya orangtua memperhatikan tanda-tandanya. Sakit saat berkemih, sering berkemih, dan ada darah dalam urin merupakan gejalanya. Apabila orangtua menemukannya, segeralah bawa si kecil ke dokter.

Sumber : http://health.kompas.com/read/2013/06/22/1436345/5.Kesalahan.dalam.Toilet.Training.

Ditulis Oleh : pkg paud jatinangor // 08.33
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Lencana Facebook

Buku Tamu